Manusia dalam hidupnya tak lepas dari
permasalahan. Manusia dalam hidupnya pasti pernah mengalami kegelisahan. Gelisah tergolong penyakit batin, penyakit ini dapat
menyerangsiapa saja, dari golongan apa, dan bangsa apapun. Bila dibandingkan
dengan rasa takut, daerah operasinya lebih luas. Sebab orang yang pemberani,
tak mungkin diserang oleh rasa takut. Atau orang yang mempunyai obat penangkal
takut juga tidak akan dijamahnya. Umpama orang yang pernah mengerjakan
perbuatan salah sudah pasti tidak akan takut untuk dituntut. Begitu pula
seorang yang kaya, pasti tidak akan takut kelaparan, dan sebagainya. Tetapi
walaupun benar, kaya, pandai, jujur, dan sebagainya pasti akan dilanda perasaan
gelisah.
Kegelisahan
merupakan rasa kekhawatiran yang ada dalam diri manusia, rasa ini disebabkan
karena kurang tentramnya jiwa seseorang tersebut, atau rasa tidak tenang (tidak
sabar) yang menyebabkan rasa gelisah ini mincul. Pada hakekatnya sebab-sebab
orang gelisah disebabkan karena rasa takut pada hak-haknya. Namun terlepas dari
itu usaha untuk mengatasi kegelisan sangatlah perlu. Yaitu dengan dimulai dari
diri kita sendiri, dengan bersikap tenang dan tidak terbawa pengaruh emosi
dalam jiwa kita. Karena jiwa kita sendirilah yang dapat kita kontrol untuk
terlepas dari rasa kegelisahan.
Kegelisahan yang sering terjadi pada
manusia adalah disaat seseorang pernah melakukan sebuah perbuatan buruk. Hal
ini lah yang membuat seseorang mengalami kegelisahan. Hatinya tidak tenang, dia
merasa cemas. Karena terlalu memikirkan perbuatan buruk yang sudah
dilakukannya. Akhirnya orang tersebut terlihat murung, menyendiri dan merasa
kesepian dan terasing.
Kegelisahan berasal dari kata “gelisah”.
Gelisah artinya rasa yang tidak tentram di hati atau merasa selalu khawatir,
tidak dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi (menanti), cemas dan
sebagainya. Kegelisahan menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun
perbuatannya, artinya merasa gelisah, khawatir, cemas atau takut dan jijik.
Rasa gelisah ini sesuai dengan suatu pendapat yang menyatakan bahwa manusia
yang gelisah itu dihantui rasa khawatir atau takut. Manusia
suatu saat dalam hidupnya akan mengalami kegelisahan. Kegelisahan yang cukup
lama akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia.
Manusia selama ini seringkali tenggelam dalam
kegelisahan. Berbagai penyebab kegelisahan telah menyita waktu dan perhatian
manusia, dan sayangnya banyak yang tidak menyadari betapa mengganggunya
kegelisahan itu. Kegelisahan yang timbul dalam diri kita sebenarnya dibuat oleh
kita sendiri, kita ciptakan mereka di dalam pikiran kita melalui ketidakmampuan
ataupun kegagalan untuk mengerti bahaya perasaan keakuan dan melalui khayalan
yang melambung serta kesalahan dalam menilai setiap kejadian atau benda. Hanya
jika kita dapat melihat suatu kejadian atau benda dengan apa adanya, bahwa
tidak ada sesuatu apa pun yang kekal di dunia ini dan bahwa keakuan kita
sendiri merupakan khayalan liar yang membawa kekacauan dalam pikiran yang tidak
terlatih. Kegelisahan adalah suatu rasa tidak tenteram, tidak tenang, tidak
sabar, rasa khawatir/cemas pada manusia. Kegelisahan merupakan gejala universal
yang ada pada manusia manapun. Namun kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala
tingakah laku atau gerak-gerik seseorang dalam situasi tertentu. Jadi,
kegelisahan merupakan sesuatu yang unik sebagai manifestasi dari perasaan tidak
tenteram, khawatir, ataupun cemas.
Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala
tingkahlaku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Gejala gerak
gerik atau tingkah laku itu umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan
mondar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala, duduk merenung
sambil memegang kepala, duduk dengan wajah murung,malas bicara, dan
lain-lain.kegelisahan juga merupakan ekspresi dari kecemasan. Masalah kecemasan
atau kagalisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi
dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan
tidak tercapai.
Hal ini terjadi karena adanya keterbatasan
manusia untuk dapat mengetahui hal-hal yang akan datang atau yang belum
terjadi. Hal ini terjadi misalnya karena adanya suatu harapan, atau adanya
ancaman. Manusia gelisah karena takut terhadap dosa-dosa dan pelanggaran (yang
telah dilakukan), takut terhadap hasil kerja (tidak memenuhi kepuasan
spiritual), takut akan kehilangan milik (harta dan jabatan), atau takut
menghadapi keadaan masa depan (yang tidak disukai). Sedangkan sumber
kegelisahan berasal dari dalam diri manusia (internal) misalnya rasa lapar,
haus, rasa sepi, dan dari luar diri manusia (eksternal) misalnya kegelisahan
karena diancam seseorang.
Penyebab lain kegelisahan karena adanya
kemampuan seseorang untuk membaca dunia dan mengetahui misteri hidup. Kehidupan
ini yang menyebabkan mereka menjadi gelisah. Mereka sendiri sering tidak tahu
mengapa mereka gelisah, mereka hidupnya kosong dan tidak mempunyai arti. Orang
yang tidak mempunyai dasar dalam menjalankan tugas (hidup), sering ditimpa
kegelisahan. Kegelisahan yang demikian sifatnya abstrak sehingga disebut
kegelisahan murni, yaitu kegelisahan murni tanpa mengetahui apa penyebabnya.
Bentuk- bentuk kegelisahan manusia berupa keterasingan, kesepian,
ketidakpastian. Perasaan-perasaan semacam ini silih berganti dengan
kebahagiaan, kegembiraan dalam kehidupan manusia. Tentang perasaan
kegelisahan ini, Sigmund Freud membedakannya menjadi tiga macam, yaitu:
1.
Kecemasan
Obyektif (Kenyataan)
Kegelisahan ini mirip dengan
kegelisahan terapan dan kegelisahan ini timbul akibat adanya pengaruh dari luar
atau lingkungan sekitar.
Contoh: Tini seorang
ibu muda, mempunyai anak berumur dua tahun, Tina namanya. Tina tumbuh sehat,
montok, lucu, lincah, dan sangat akrab dengan ibunya. Hampir seluruh waktu Tini
tercurahkan untuk Tina. Ia keluar kerja demi Tina, anak yang baru seorang itu.
Sekonyong-konyong Tina sakit; muntah-muntah disertai buang air. Tini bingung,
anaknya segera dibawa kerumah sakit. Kata dokter, Tina harus dirawat di rumah
sakit dan tidak boleh ditunggui. Tina menangis terus, tetapi ibunya harus
meninggalkannya. Tini gelisah, cemas, khawatir, memikirkan nasib anaknya. Pada
contoh tersebut jelas bagi kita, bahwa kegelisahan yang diderita oleh ibu Tini
adalah karena adanya bahaya dari luar yang mengancam anaknya.
2.
Kegelisahan
Neurotik (Saraf)
Kegelisahan ini timbul karena
pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut S. Freud kegelisahan ini
dibagi dalam tiga macam, yakni:
a. Kegelisahan
yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan timbul karena
orang itu takut akan bayangannya sendiri, atau takut akan idenya sendiri,
sehingga menekan dan menguasai ego.
b. Rasa
takut irrasional atau fobia, rasa takut ini sudah menular, sehingga
kadang-kadang tanpa alasan dan hanya karena pandangan saja, yang kemudian
dilanjutkan dengan khayalan yang kuat dan menimbulkan rasa takut.
c.
Rasa
takut lain ialah rasa gugup dan lainnya.
3. Kegelisahan
moral
Kegelisahan ini muncul dari
dalam diri sendiri. Sebagian besar karena rasa bersalah atau malu dalam ego
yang ditimbulkan oleh suatu pengamatan bahaya dari hati nurani. Hal ini timbul
karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai hari nurani dan sadar atau tidak
mereka tahu mana hal yang benar dan mana yang salah. Walaupun mereka melakukan
kejahatan, setiap orang pastilah tahu hal yang dilakukannya itu adalah salah.
Keadaan mungkin yang memaksa mereka melakukannya. Jadi, mereka tetap mempunyai
rasa bersalah dan mengalami kegelisahan moral itu. Contohnya: Setelah terungkap
permasalahan korupsi di tubuh KPU, banyak pihak yang terkait merasa gelisah.[1]
·
Sebab-Sebab Orang Gelisah
Selanjutnya
bila kita kaji, sebab-sebab orang gelisah adalah karena pada hakikatnya orang
takut kehilangan hak-haknya. Hal itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik
ancaman dari luar maupun dari dalam.
·
Usaha-Usaha Mengatasi
Kegelisah
Mengatasi
kegelisahan ini pertama-tama harus mulai dari diri kita sendiri, yaitu kita
harus bersikap tenang. Denagn sikap kita tenang kita dapat berpikir tenang, dan
segala kesulitandapat diatasi. Dengan ketenangan ini orang yang mengancam kita
mungkin akan mengurungkan niatnya.[2]
Bentuk-Bentuk Kegelisahan
A.
Keterasingan
Keterasingan berasal dari
kata terasing, asal kata dari kata dasar asing. Kata asing berarti sendiri,
tidak dikenal orang, sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari pergaulan,
terpisahkan dari yang lain,atau terpencil. Jadi, keterasingan berarti hal-hal
yang berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpisah dari yang lain atau
terpencil. Jadi keterasingan berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan
dari pergaulan,terpencil atau terpisah dari yang lain.
Contoh: Murni gadis lincah, bebas,
dan pandai bergaul. Sehingga kawannya banyak dan hilir mudik bergantian datang
dan mengajak pergi. Pada suatu hari tersiar berita ia mendapat “kecelakaan”.
Sejak itu ia tidak pernah menampakkan diri dan tak ada kawan yang hilir mudik
datang berkunjung dan mengajak pergi. Ia menyembunyikan diri di kamar, malu
keluar. Ia hidup dalam keterasingan.[3]
Adapun sebab–sebab
keterasingan bila kita memperhatikan contoh. Murni tidak mau bergaul lagi dengan
kawan-kawannya, hidup menyendiri, karena malu atas perbuatannya yang melanggar
moral. Jadi, sebab-sebab hidup terasing itu bersumber pada:
1. Sikap
rendah diri.
Sikap rendah diri menurut
Alex Gunur adalah sikap kurang baik. Sikap ini menganggap atau merasa dirinya
selalu atau tidak berharga, tidak atau kurang laku, tidak atau kurang mampu di
hadapan orang lain. Sikap ini disebut juga sikap minder. Jadi, bukan orang lain
yang menganggap dirinya rendah, tetapi justru dirinya sendiri, tetapi juga
tidak baik bagi masyarakat. Sikap rendah diri disebabkan antara lain
kemungkinan cacat fisik, status sosial-ekonominya, rendah pendidikannya, dan
karena kesalahan perbuatannya.
a.
Keterasingan
Karena Cacat Fisik
Cacat fisik tidak perlu
membuat hidup terasing karena itu adalah kehendak Tuhan. Namun, seringkali
manusia memiliki jalan pikiran yang berbeda. Erasa malu anak atau cucunya cacat
fisik, maka disingkirkannya anak tersebut dari pergaulan ramai, hidup dalam
keterasingan.
b.
Keterasingan
Karena Sosial-Ekonomi
Ekonomi kuat atau lemah
adalah anugerah Tuhan. Orang tidak boleh membanggakan kekayaan dan tidak boleh
pula merasa rendah diri karena keadaan ekonomi yang minim. Namun dalam
kenyataan lain keadaannya, orang-orang yang tergolong lemah ekonominya
seringkali merasa rendah diri. Akibatnya orang-orang kaya sering membanggakan
kekayaannya, meskipun tanpa disengaja.
c.
Keterasingan
karena rendah pendidikan
Banyak juga orang yang merasa
rendah diri karena rendah pendidikannya dan tidak dapat mengikuti jalan pikiran
orang yang berpendidikan tinggi dan banyak pengalaman.Dalam pergaulan
orang-orang yang berpendidikan rendah dan kurang berpengalaman biasanya
menyendiri, mengasingkan diri karena merasa sulit menempatkan diri. Ingin
bertanya takut salah,juga takut ditanya, takut jawabannya tidak benar.
Akibatnya ia menjauhkan diri dari pergaulan.Akan tetapi, orang seperti itu
masih lebih baik dari pada mereka yang berlagak pintar dan akhirnya menjadi
bahan tertawaan.
Contoh: Akil yang merasa
berpendidikan rendah, tidak mau bercakap-cakap dengan tamu dalam pertemuan itu.
Apalagi tamu-tamu itu sebentar-sebentar mempergunakan bahasa asing yang belum
pernah didengarkannya. Ia merasa makin takut meskipun pakiannya tidak kalah
dengan mereka karena pendidikan dan pengalamannya jauh lebih rendah dari
mereka. Karena itu ia menghindarkan diri dan menyendiri saja.
d.
Keterasingan
karena perbuatannya
Orang terpaksa hidup dalam
keterasingan karena merasa malu, dunia rasanya sempit, bila melihat orang,
mukanya ditutupi. Itu semua akibat dari perbuatannya, yang tidak bisa diterima
oleh masyarakat lingkungannya. Banyak perbuatan yang tidak dapat diterima oleh
masyarakat.
Contoh: Selama ini Tn. Adi
terkenal sebagai orang terhormat. Semua penduduk di wilayahnya mengenal siapa
Tn. Adi, pegawai tinggi suatu instansi, ramah, dan dermawan. Tiba-tiba tersiar
berita di koran bahwa Tn. Adi tersangkut korupsi milyaran. Dengan adanya berita
itu, Tn. Adi tidak pernah keluar, apalagi bergaul. Setiap ada undangan tidak
pernah datang. Ia mengurung diri di rumah, hidup dalam keterasingan.
2.
Takut
kehilangan hak
Baik sikap sombong atau
sikap-sikap sejenis maupun sikap rendah diri, bila kita renungkan orang hidup
keterasingan itu karena orang takut kehilangan haknya. Seperti halny, Oyung takut
kehilangan hak nama baiknya, ia merasa lebih dari yang lain, karena itu bila
ada orang yang sekiranya akan melebihinya, ia cepat-cepat mengajak berkelahi.
3.
Kerinduan
Kadang-kadang keterasingan
disebabkan pula oleh rasa kerinduan yang begitu hebat baik terhadap keluarga,
teman, suasana,atau bahkan terhadap suatu tempat. Adalah satu hal yang wajar
apabila seseorang yang berada jauh dari keluarga akan merasakan kerinduan
yang begitu hebat terhadap keluarganya.
4.
Usaha-usaha
untuk mengatasi keterasingan
Keterasingan biasanya terjadi
karena sikap sombong, angkuh, pemarah, kaku, rendah diri, atau karena perbuatan
yang melanggar norma hukum. Untuk mengatasi keterasingan ini diperlukan
kesadaran yang tinggi. Orang bersikap demikian karena menganggap semua yang
mereka lakukan adalah benar. Lain
halnya dengan orang yang rendah diri. Orang yang mempunyai sifat ini biasanya
sadar akan kekurangannya. Untuk meningkatkan harga diri, ia harus banyak
belajar dan bergaul. Pergaulan itu dilakukan sedikit demi sedikit dan terus
meningkat, sehingga akhirnya menjadi biasa.[4]
B.
Kesepian
Kesepian berasal dari kata
sepi, artinya sunyi, lengang, tidak ramai, tidak ada orang atau kendaraan,
tidak banyak tamu, tidak banyak pembeli, tak ada apa-apa, dan sebagainya.
Kesepian adalah keadaan sepi atau hal sepi. Contoh:
1.
Setelah
anaknya yang telah menikah itu memiliki rumah sendiri, ibu Hadi merasa
kesepian.
2.
Setelah
tembakan gencar itu berhenti, jalan-jalan tampak sepi. Orang-orang takut
keluar, bahkan suara deru mobil pun tak kedengaran.
3.
Karena
pak Parman dan ibu Parman kurang bergaul, ditambah keadaan hari itu hujan
lebat, maka resepsi perkawinan anaknya sepi, tamu kurang sekali.
4.
Para
pedangan mengeluh karena sedang resesi ekonomi, pembeli kurang sekali dan pasar
tampak sepi.
Setiap orang pernah mengalami
kesepian, karena kesepian merupakan bagian hidup manusia. Lama atau sebentar
perasaan kesepian ini bergantung kepada mental orang dan kasus penyebabnya.
·
Sebab-Sebab
Terjadinya Kesepian.
Bermacam-macam penyebab
terjadinya kesepian. Salah satunya adalah frustasi. Orang yang frustasi tidak
mau diganggu,ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul, dan
sebagainya. Ia lebih senang hidup sendiri.
Contoh: Pangeran Sidharta, putra raja
Kapilawastu, meninggalkan istana, tempat kemewahan, keramaian, dan keindahan.
Karena frustasi menyaksikan kontradiksi keadaan diluar istana yang penuh
penderitaan, maka ia meninggalkan istana dan pergi ke hutan ke tempat yang
lebih sunyi untuk mencari hakikat hidup.
Bila kita perhatikan sepintas
lalu mungkin keterasingan dan kesepian hampir serupa, tetapi sebenarnya tidak
sama, walaupun keduanya ada hubungannya. Perbedaan antara keduanya hanya
terletak pada sebab akibat. Kesepian
merupakan akibat dari keterasingan dan keterasingan sebagai akibat sombong, angkuh,
kaku, keras kepala, sehingga dijauhi kawan-kawan sepergaulan. Akibatnya, orang
yang dijauhi itu hidup terasing, terpencil dari keramaian hidup sehingga mereka
merasa kesepian.[5]
C.
Ketidakpastian
Ketidakpastian berasal dari
kata tidak pasti artinya tidak menentu (pikirannya) atau mendua, atau apa yang
dipikirkan tidak searah dan kemana tujuannya tidak jelas. Itu semua akibat
pikirannya yang tidak dapat konsentrasi. Ketidakkonsentrasian itu disebabkan
oleh berbagai sebab, yang jelas pikirannya kacau.
Contoh: Kembali lagi pada
contoh “keterasingan” Marni yang mendapat “kecelakaan” akibat pergaulan bebas.
Marni mengasingkan diri, menjauhi kawan-kawannya, ia merasa malu. Ia menyesal
atas perbuatannya, tetapi semua sudah berlalu, sekarang tinggal menanggubng akibatnya.
Hidup dalam keterasingan ini Marni bingung, kadang-kadang ingin bunuh diri,
kadang-kadang ingin pula menggugurkan kandungannya. Pikirannya kacau, semua
yang akan dikerjakan penuh resiko dan bahaya.
Ketidakpastian atau
ketidaktentuan adalah bagian hidup manusia. Setiap orang hidup pernah
mengalaminya. Bahkan anak kecil sekalipun pernah mengalaminya, misalnya, ketika
anak kecil ditinggalkan ibunya, ia menangis kebingungan. Kebingungan itu
menunjukan adanya ketidakpastian, seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
·
Sebab Sebab Ketidakpastian.
Menurut Siti Meichati dalam
bukunya Kesehatan Mental ada beberapa sebab seseorang tak dapat berpikir dengan
pasti. Sebab-sebab itu ialah:
1.
Obsesi
Obsesi merupakan gejala
neurose jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang terus-menerus,
biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau sebab-sebabnya tak
diketahui oleh penderita. Misalnya, selalu berfikir ada orang yang ingin
menjatuhkan dia.
Contoh: Seorang pedagang yang maju
pesat, pada suatu saat berpikir olehnya ada kawannya yang ingin menjatuhkannya.
Pikiran itu tidak hilang, tetapi justru menjadi-jadi. Apalagi setelah ia
merugi.
2.
Phobia
Phobie
adalah rasa ketakutan yang tak terkendalikan atau tidak
normal terhadap sesuatu hal atau kejadian, tanpa diketahui sebab-sebabnya. Contoh:
a.
Orang
yang takut terhadap tempat yang tinggi. Secara tidak sengaja, ia terus
menelusuri jalan mendaki. Sesampainya di puncak ketinggian, ia ketakutan luar
biasa (Acrophobia).
b.
Ada
pula orang yang takut kepada orang banyak yang sedang berkumpul. Pada suatu
hari di rumahnya ada pencuri. Ia berteriak sehingga tetangga di sekitarnya
berlari datang ke rumahnya. Dalam sekejap telah berkumpul puluhan orang.
Herannya, justru gemetara, pucat, ketakutan luar biasa,(Ochlophobie).
Orang yang dilanda ketakuan
itu tidak dapat berpikir, pikirannya tidak pasti, tidak menentu.
3.
Kompulasi
Kompulasi
ialah adanya keraguan yang sangat
mengenai apa yang telah dikerjakannya, sehingga ada dorongan yang tidak
disadari untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang serupa berulang kali
(neurose). Contoh:
a.
Keinginan
untuk mengambil barang orang (mencuri), padahal barang itu tidak bermanfaat
baginya, dan andaikata ingin membeli, mampu juga dia (kleptomanie).
b.
Keinginan
minum-minuman keras. Orang itu bukan pemabuk, tetapi bila dilanda pikiran atau
perasaan kecewa keinginan minumnya tak dapat dibendungnya (dispomanie).
4.
Histeria
Histeria
ialah neurose jiwa yang
disebabkan oleh tekanan mental kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan,
kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri, atau sugesti dari sikap orang
lain.
Contoh: Neneng, seorang gadis yang
cukup manis, suatu hari melihat pacarnya berjalan-jalan dengan seorang gadis
yang belum pernah dikenalnya. Rasa cemburu berkecamuk di hatinya dan setibanya di
rumah dia beteriak histeris.
5.
Delusi
Menunjukan pikiran yang tidak
beres, karena berdasarkan keyakinan palsu. Tidak dapat memakai akal sehat,
tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan pengalaman. Delusi
ini ada tiga macam,
yakni:
a.
Delusi persekusi:
menganggap adanya keadaan yang jelek di sekitarnya.
b.
Delusi
keagungan: menganggap dirinya orang penting dan besar. Orang seperti ini
biasanya gila hormat dan menganggap orang di sekitarnya tidak penting. Akhirnya
semua orang yang menjauhi juga.
c.
Delusi
melancholis: merasa dirinya bersalah, hina dan berdosa. Hal ini dapat
mengakibatkan buyutan atau dikenal dengan nama delirium tremens, hilangnya
kesadaran dan menyebabkan otot-otot tak terkuasai lagi. Ia kehilangan
ingatannya sama sekali, mengalami tensi tinggi dan mengingat sesuatu yang belum
pernah dialami.
6.
Halusinasi
Khayalan yang terjadi tanpa
rangsangan pancaindera. Seperti para prewangan (medium) dapat digolongkan pada
pengalaman halusinasi. Dengan sugesti diri, orang dapat juga berhalusinasi.
Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang yang mabuk atau pemakai
obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi, orang merasa mendapat
tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya. Ini nampak
pada perbuatan-perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari perbuatannya
itu, tetapi tidak dapat menahan rangsangan khayalan sendiri).
Contoh: Atang memang seorang peminum.
Bila sedang marah, ia makin banyak minumnya sehingga mabuk dan mengoceh
(berbicara) tidak menentu.
7.
Keadaan
emosi
Dalam keadaan tertentu,
seseorang sangat dipengaruhi oleh emosinya. Jika emosi telah menguasai
keseluruhan pribadinya, ia akan mengalami gangguan nafsu makan, pusing-pusing,
muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan darah tinggi/lemah. Sikapnya bisa
apatis atau bisa juga terlalu gembira dengan melampiaskan dalam gerakan-gerakan
lari-larian, menyanyi, tertawa atau berbicara. Sikap ini dapat pula berupa
kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah, resah, suka
mengeluh, tidak mau berbicara, diam seribu bahasa, atau termenung menyendiri.
Orang seperti ini tidak mungkin dapat berpikir dengan tenang dan baik.
Untuk mengatasi atau menghilangkan pikiran yang
kacau itu perlu mencari penyebabnya. Andaikata telah diketahui penyebabnya,
namun kekacauan pikiran tersebut tidak hilang, penderita perlu diajak ke
psikolog.[6]
Manusia
Dan Kegelisahan
Gelisah tergolong penyakit batin, istimewanya
penyakit ini dapat menyerang siapa saja, dari golongan apa dan bangsa apapun.
Bila dibandingkan dengan rasa takut, daerah operasinya lebih luas. Sebab orang
yang pemberani, tak mungkin diserang oleh rasa takut. Atau orang yang mempunyai
obat penangkal takut juga tidak akan dijamahnya. Umpama orang yang pernah
mengerjakan perbuatan salah sudah pasti tidak akan takut untuk dituntut. Begitu
pula seorang yang kaya, pasti tidak akan takut kelaparan, dan sebagainya.
Tetapi walaupun benar, kaya, pandai, jujur, dan sebagainya pasti akan dilanda
perasaan gelisah.
Jawaban yang paling tepat dengan penyakit yang
satu ini adalah kita kembali kepada “iman”. Jelasnya bila iman seseorang itu
tebal maka tidak akan kejangkitan penyakit atau perasaan gelisah. Sebab orang
yang beriman kuat selalu ingat kepada Tuhan. Orang yang imannya kuat yakin
benar bahwa apa yang akan terjadi atas dirinya itu sudah ada dalam suratan
Tuhan. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya:
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua
yang ghaib. Tidak ada yang mengetahuinya selain Dia; dan Dia mengetahui apa-apa
yang ada di lautan; dan tiada sehelai daun pun yang gugur, melainkan sepengetahuan
Dia; dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu
yang basah atau kering, melainkan sudah tertulis dalam kitab yang nyata.” (Q.S.
Al-An’am: 59).
Penyakit hati yang satu ini berbeda dengan
penyakit-penyakit yang ada di dalam tubuh kita. Sebab tiada kuman seperti
penyakit biasa, obatnya pun tidak ada yang menjualnya. Kuman-kuman penyakit
batin tak akan dapat dilihat dengan mikroskop, yang dapat melihat adalah hanya
matahati orang bersangkutan.[7]
DAFTAR PUSTAKA
Prasetya, Joko Tri, Drs. Ilmu
Budaya Dasar MKDU. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Widagdho, Djoko, Drs. Ilmu
Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Suyadi, M.P, Drs. Buku
Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Depdikbud, tt.
[1]Drs. Djoko Widagdho, dkk. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara,
2008, hal. 162-165.
[2]Drs. Suyadi, M.P. Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar. Jakarta:
Depdikbud, tt, hal. 129.
[3]Drs. Djoko Widagdho, dkk. Ibid, hal. 170-171.
[4]Ibid,
hal.
172-176.
[5]Ibid,
hal.
176-177.
[6]Ibid,
hal.
179-184.
[7]Ibid,
hal.
184-185.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar