Sabtu, 28 Desember 2013

Problematika Remaja di Zaman Modern

Remaja adalah waktu dimana usia kita menginjak angka belasan. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. (Hurlock, 1999). Pada masa ini sebenarnya kita tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa ataupun tua. Sayangnya, di zaman yang modern ini, remaja tidak luput dari berbagai problematika.

Kemajuan zaman modern memberikan dampak tersendiri dalam kehidupan remaja. Ada bagian yang positif, namun juga dampak negatif yang tidak kalah mendominasi. Bukan berarti kemajuan zaman modern adalah sesuatu yang buruk, namun persepsi tiap remaja menghadapi hal seperti ini berbeda-beda. Hal itu menjadi semakin rumit karena tidak setiap remaja mampu beradaptasi dengan baik dengan dunia modern. Akhirnya, muncullah penyimpangan, kemerosotan dan ketidakpastian dalam menjalani hidup yang mengakibatkan remaja semakin tidak bernilai.
Dalam merespon kemajuan zaman modern, remaja pun terpecah menjadi dua golongan, ada yang kuat dan menjadi remaja yang baik, ada juga yang tidak kuat dan menjadi remaja yang buruk. Namun sangat beruntung bagi remaja yang kehidupannya dekat dengan agama dan pendidikan, dia bias menjadi remaja yang baik dengan selangkah lebih mudah. Kedekatan dengan agama dan pendidikan ini bisa dijadikan solusi untuk para remaja-remaja dan para calon remaja supaya bisa menjadi remaja yang baik dan terlepas dari problem-problem remaja di zaman modern ini.

Pengertian Remaja Menurut Para Ahli
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1999). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Menurut Rumini dan Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan pengertian remaja menurut Darajat (1990: 23) adalah:

“Masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.”

Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 sampai dengan 15 tahun dinamakan masa remaja awal, 15 sampai dengan 18 tahun dinamakan masa remaja pertengahan, dan 18 sampai dengan 21 tahun dinamakan masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 sampai 12 tahun, masa remaja awal 12 sampai 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 sampai 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 sampai 21 tahun (Deswita, 2006:  192). Definisi remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12 sampai 22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
Di samping itu, Noer (1987: 24) menyebutkan ciri-ciri modern sebagai berikut:
a.          Bersifat rasional, yakni lebih mengutamakan pendapat akal pikiran dari pada pendapat emosi. Sebelum melakukan pekerjaan selalu dipertimbangkan lebih dahulu untung ruginya, dan pekerjaan tersebut secara logika dipandang menguntungkan.
b.         Berpikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat, tetapi selalu dilihat dampak sosialnya secara lebih jauh.
c.          Menghargai waktu, yaitu selalu melihat bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga dan perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
d.         Bersikap terbuka, yakni mau menerima saran, masukan, baik berupa kritik, gagasan dan perbaikan dari manapun datangnya.
e.          Berfikir objektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaannya bagi masyarakat.
Dilihat dari apa yang diungkapkan oleh Noer, kita bisa menyimpulkan bahwa di zaman modern ini, remaja lebih bersifat rasional, menghargai waktu, berfikir maju, terbuka dan melihat segala sesuatu dari fungsi dan kegunaannya. Tapi itu hanya berlaku bagi sebagian remaja, karena nyatanya masih banyak remaja yang memiliki sikap yang bertolak belakang dengan apa yang diungkapkan Noer tadi. Dan dapat kita simpulkan bahwa remaja yang belum memiliki sikap modern itu adalah remaja yang termasuk kedalam golongan remaja yang buruk.

Problematika Remaja di Zaman Modern dan Solusinya
Kemajuan teknologi menimbulkan evolusi ekonomi, gaya hidup, pola pikir dan sistem rujukan. Dalam kaitan ini terdapat tiga keadaan dalam mensikapi kemajuan teknologi, yaitu kelompok yang optimis, pesimis dan pertengahan antara keduanya. Bagi kelompok yang optimis kehadiran kemajuan teknologi justru menguntungkan, seperti yang diperlihatkan Ziauddin Sardar (2001). Menurutnya kemajuan teknologi khusunya di bidang informasi yang kini sedang dijajakan sebagai suatu rahmat besar bagi umat manusia. Penjajanya yang agresif di televisi, surat-surat kabar dan majalah-majalah yang mewah begitu menarik. Pada lingkungan-lingkuingan yang terpelajar, yatu di dalam jurnal-jurnal penelitian dan buku-buku akademis, disebutkan bahwa revolusi informasi akan menyebabkan timbulnya desentralisasi, dan karena itu akan menyebabkan timbulnya masyarakat yang lebih demokratisí telah meningkatkan keragaman budaya melalui penyediaan informasi yang menyeluruh yang sesuai dengan keragaman selera dan kemampuan ekonomi, memberi orang kesempatan untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan baru, meningkatkan produksi dan dengan demikian menciptakan kemakmuran untuk semua lapisan masyarakat.
Bagi kelompok remaja yang pesimis memandang kemajuan di bidang teknologi akan memberikan dampak yang negatif, karena hanya memberikan kesempatan dan peluang kepada orang-orang yang dapat bersaing saja, yaitu mereka yang memiliki kekuasaan, ekonomi, kesempatan, kecerdasan dan lain-lain. Sementara bagi mereka yang terbelakang tetap semakin terbelakang. Penggunaan teknologi di bidang pertanian misalnya akan menyebabkan keuntungan bagi petani yang memiliki modal saja, sedangkan bagi yang tidak memiliki modal akan menghadapi masalah yang serius. Lapangan kerja yang selama ini banyak menyerap tenaga kerja, sudah mulai ditangani oleh teknologi hemat tenaga kerja, akibatnya terjadilah pengangguran.
Di samping itu, di bidang teknologi komunikasi seperti komputer, faximile, internet, dan sebagainya juga akan membuka peluang bagi remaja untuk lebih meningkatkan aktivitas buruknya dalam bentuk yang lebih canggih. Tukar-menukar informasi, penyaluran data film yang berbau pornografi dan sebagainya akan semakin intensif  pelaksanaannya.
Setelah mengajukan sejumlah kekhawatiran dari dampak teknologi ini, maka kaum remaja yang pesimistis ini mengajukan pertanyaan: Bolehkah ilmu pengetahuan dan teknologi yang netraletika itu terus dikembangkan? Bukankah sebaiknya dibatasi penggunaannya? Dan kapankah datangnya saat dimana manusia itu siap menerima kehaditan iptek?
Sementara pertanyaan tersebut belum terjawab, muncul pula persoalan baru. Saat ini para ilmuwan sosial telah mencapai pula teknik-teknik pengendalian remaja melalui teori-teori motivasi, proses persuasi dan ketaksadaran manusia. Pengetahuan mereka telah dimanfaatkan oleh produsen untuk menyeret jutaan remaja kepada pola konsumtif yang irasional.
Sementara itu bagi kelompok yang mengambil sikap antara optimis dan pesimis mengatakan, bahwa iptek itu positif atau membahayakan, inflasi dan pertumbuhan, tergantung pada cara orang mengelolanya, tanpa harus ditangguhkan, dan demi kepentingan kerja sama dan perdamaian.
Menurut Nata (2006: 289), kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika remaja di zaman modern ini, problem-problem remaja di zaman modern adalah sebagai berikut:

a.         Kepribadian yang Terpecah (Split personality)
Karena kehidupan remaja di zaman modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak itu, maka remajanya menjadi pribadi yang terpecah. Kehidupan Remaja modern diatur menurut ilmu yang eksak dan kering. akibatnya kini telah dimulai proses hilangnya kekayaan rohaniah, karena dibiarkannya ilmu-ilmu positif (ilmu yang hanya mengandalkan fakta-fakta empirik, obyektif, rasional, dan terbatas) dan ilmu-ilmu sosial. Kita sama sekali tidak meremehkan atau tidak menghargai jasa yang diberikan ilmu pengetahuan eksak dan sosial, tetapi, yang kita inginankan agar ilmu-ilmu tersebut diintergerasikan antara satu dan yang lainnya melalui tali pengikat, yaitu ajaran agama dari Tuhan, sehingga seluruh ilmu itu diarahkan pada tujuan memuliakan manusia, mengabdikan dirinya pada Tuhan, berakhlak mulia dan seterusnya.

b.         Penyalahgunaan Iptek
Sebagai akibat dari terlepasnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari ikatan spiritual, maka iptek telah disalah gunakan oleh para remaja dengan segala implikasi negatifnya sebagaimana disebutkan diatas. Para remaja menjadi lebih akrab dengan film-film porno dikarenakan akses internet dipermudah oleh kemajuan teknologi sehingga bisa diakses melalui ponsel yang di zaman modern ini hamper semua remaja memilikinya.

c.          Pendangkalan Iman
Akibat lain dari pola pikiran keilmuan tersebut di atas, khususnya ilmu yang hanya bersifat empirik menyebabkan remaja dangkal imannya. Ia tidak tersentuh informasi yang diberikan wahyu, bahkan informasi yang diberikan wahyu itu menjadi bahan tertawaan dan dianggap tidak ilmiah dan kampungan.

d.         Pola Hubungan Materialistik
Semangat persaudaraan dan rasa saling gotong royong yang didasarkan iman sudah tidak nampak lagi, karena imannya sudah dangkal. Pola hubungan satu dan lainnya ditentukan oleh seberapa jauh dapat memberikan keuntungan yang bersifat material. Demikian juga penghormatan yang diberikan atas orang lain banyak diukur oleh sejauh mana orang tersebut dapat memberikan manfaat secara material. Akibatnya ia menempatkan pertimbangan material diatas pertimbangan akal sehat, hati nurani, kemanusiaan dan imannya.

e.          Menghalalkan Segala Cara
Sebagai akibat lebih jauh dari dangkalnya iman dan pola hidup materialistik, maka para remaja dengan mudah dapat menggunakan prinsip menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan. Jika hal ini terjadi maka terjadilah kerusakan akhlak dalam segala bidang, baik ekonomi, politik, sosial, dan lain sebagainya.

f.          Stres dan Frustasi
Kehidupan modern yang demikian kompetitif menyebabkan manusia harus mengerahkan seluruh pikiran, tenaga dan kemampuan. Mereka terus bekerja dan bekerja tanpa mengenal batas dan kepuasan. Hasil yang dicapai tak pernah disyukurinya dan selalu merasa kurang. Apalagi jika usahanya gagal, maka dengan mudah ia kehilangan pegangan, karena tidak lagi memiliki pegangan yang kokoh yang berasal dari Tuhan. Para remaja hanya berpegang atau bertuhan pada hal-hal yang bersifat material yang sama sekali tidak dapat membimbingnya. Akibatnya ia stres dan frustasi yang jika hal ini terus berlanjut akan menjadikan ia gila atau hilang ingatan.

g.         Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya
Terdapat sejumlah remaja yang terjerumus atau salah memilih jalan kehidupan. Masa remajanya dihabiskan untuk memperturutkan hawa nafsu dan segala daya dan cara telah ditempuhnya. Namun ada suatu saat dimana ia sudah tua renta, fisiknya sudah tidak berdaya, tenaganya sudah tidak mendukung dan berbagai kegiatan sudah tidak dapat ia lakukan. Remaja yang demikian ini merasa kehilangan harga diri dan masa depannya, kemana ia harus berjalan, ia tidak tahu. Mereka perlu bantuan dari kekuatan yang berada diluar dirinya, yaitu bantuan Tuhan.
Banyak cara yang diajukan para ahli untuk mengatasi masalah tersebut, dan salah satu cara yang hampir disepakati para ahli ialah dengan mengembangkan kehidupan yang berakhlak dan berilmu yang baik. Dengan akhlak yang dibarengi ilmu, kita bisa memilih dan memilah mana saja dampak dari kemajuan teknologi ini yang baik untuk dipilih.
Dengan kedekatan remaja dengan agama dan Tuhan, mereka akan sadar akan pentingnya unsur tersebut bagi mereka kelak di Akhirat. Dengan kedekatan mereka dengan ilmu, mereka akan sadar akan pentingnya ilmu untuk mendukung kehidupan mereka di Dunia supaya hidup mereka lebih baik dan bisa mencapai apa yang dicita-citakan oleh mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah. 1989. Pendekatan Psikologis dan Fungsi keluarga dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja. Semarang.
Deswita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hurlock, Elzabeth. B. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Noer, Deliar. 1987. Pembangunan di Indonesia. Jakarta: Mutiara.
Nata, Abudin. 2006. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rumini, Sri dan Sundari, Siti. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Santrock, John W. 2003. Adolescence. Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Sardar, Ziauddin dan van Loon, Borin. 2001. Cultural Studies For Beginners. Bandung: Mizan Media Utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar