Remaja
adalah waktu dimana usia kita menginjak angka belasan. Remaja berasal dari kata
latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah
adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental,
emosional sosial dan fisik. (Hurlock, 1999). Pada masa ini sebenarnya kita
tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi
tidak juga golongan dewasa ataupun tua. Sayangnya, di zaman yang modern ini,
remaja tidak luput dari berbagai problematika.
Kemajuan
zaman modern memberikan dampak tersendiri dalam kehidupan remaja. Ada bagian yang
positif, namun juga dampak negatif yang tidak kalah mendominasi. Bukan berarti
kemajuan zaman modern adalah sesuatu yang buruk, namun persepsi tiap remaja
menghadapi hal seperti ini berbeda-beda. Hal itu menjadi semakin rumit karena
tidak setiap remaja mampu beradaptasi dengan baik dengan dunia modern.
Akhirnya, muncullah penyimpangan, kemerosotan dan ketidakpastian dalam
menjalani hidup yang mengakibatkan remaja semakin tidak bernilai.
Dalam
merespon kemajuan zaman modern, remaja pun terpecah menjadi dua golongan, ada
yang kuat dan menjadi remaja yang baik, ada juga yang tidak kuat dan menjadi
remaja yang buruk. Namun sangat beruntung bagi remaja yang kehidupannya dekat
dengan agama dan pendidikan, dia bias menjadi remaja yang baik dengan selangkah
lebih mudah. Kedekatan dengan agama dan pendidikan ini bisa dijadikan solusi
untuk para remaja-remaja dan para calon remaja supaya bisa menjadi remaja yang
baik dan terlepas dari problem-problem remaja di zaman modern ini.
Pengertian
Remaja Menurut Para Ahli
Remaja
berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1999). Pasa masa ini
sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan
anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Menurut
Rumini dan Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak
dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk
memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai
dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan
pengertian remaja menurut Darajat (1990: 23) adalah:
“Masa peralihan diantara masa kanak-kanak
dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak
baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang
dewasa yang telah matang.”
Hal senada diungkapkan
oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan
transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan
usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21
tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12
sampai dengan 15 tahun dinamakan masa remaja awal, 15 sampai dengan 18 tahun dinamakan
masa remaja pertengahan, dan 18 sampai dengan 21 tahun dinamakan masa remaja
akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat
bagian, yaitu masa pra-remaja 10 sampai 12 tahun, masa remaja awal 12 sampai 15
tahun, masa remaja pertengahan 15 sampai 18 tahun, dan masa remaja akhir 18
sampai 21 tahun (Deswita, 2006: 192). Definisi
remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan
Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari
masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12 sampai 22
tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan
fisik, maupun psikologis.
Di
samping itu, Noer (1987: 24) menyebutkan ciri-ciri modern sebagai berikut:
a.
Bersifat rasional, yakni lebih mengutamakan
pendapat akal pikiran dari pada pendapat emosi. Sebelum melakukan pekerjaan
selalu dipertimbangkan lebih dahulu untung ruginya, dan pekerjaan tersebut
secara logika dipandang menguntungkan.
b.
Berpikir untuk masa depan yang lebih
jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat, tetapi selalu
dilihat dampak sosialnya secara lebih jauh.
c.
Menghargai waktu, yaitu selalu melihat
bahwa waktu adalah sesuatu yang sangat berharga dan perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
d.
Bersikap terbuka, yakni mau menerima
saran, masukan, baik berupa kritik, gagasan dan perbaikan dari manapun
datangnya.
e.
Berfikir objektif, yakni melihat segala
sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaannya bagi masyarakat.
Dilihat
dari apa yang diungkapkan oleh Noer, kita bisa menyimpulkan bahwa di zaman
modern ini, remaja lebih bersifat rasional, menghargai waktu, berfikir maju,
terbuka dan melihat segala sesuatu dari fungsi dan kegunaannya. Tapi itu hanya
berlaku bagi sebagian remaja, karena nyatanya masih banyak remaja yang memiliki
sikap yang bertolak belakang dengan apa yang diungkapkan Noer tadi. Dan dapat
kita simpulkan bahwa remaja yang belum memiliki sikap modern itu adalah remaja
yang termasuk kedalam golongan remaja yang buruk.
Problematika
Remaja di Zaman Modern dan Solusinya
Kemajuan
teknologi menimbulkan evolusi ekonomi, gaya hidup, pola pikir dan sistem
rujukan. Dalam kaitan ini terdapat tiga keadaan dalam mensikapi kemajuan
teknologi, yaitu kelompok yang optimis, pesimis dan pertengahan antara
keduanya. Bagi kelompok yang optimis kehadiran kemajuan teknologi justru
menguntungkan, seperti yang diperlihatkan Ziauddin Sardar (2001). Menurutnya kemajuan
teknologi khusunya di bidang informasi yang kini sedang dijajakan sebagai suatu
rahmat besar bagi umat manusia. Penjajanya yang agresif di televisi,
surat-surat kabar dan majalah-majalah yang mewah begitu menarik. Pada lingkungan-lingkuingan
yang terpelajar, yatu di dalam jurnal-jurnal penelitian dan buku-buku akademis,
disebutkan bahwa revolusi informasi akan menyebabkan timbulnya desentralisasi,
dan karena itu akan menyebabkan timbulnya masyarakat yang lebih demokratisí telah
meningkatkan keragaman budaya melalui penyediaan informasi yang menyeluruh yang
sesuai dengan keragaman selera dan kemampuan ekonomi, memberi orang kesempatan
untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan baru, meningkatkan produksi dan dengan
demikian menciptakan kemakmuran untuk semua lapisan masyarakat.
Bagi
kelompok remaja yang pesimis memandang kemajuan di bidang teknologi akan memberikan
dampak yang negatif, karena hanya memberikan kesempatan dan peluang kepada
orang-orang yang dapat bersaing saja, yaitu mereka yang memiliki kekuasaan,
ekonomi, kesempatan, kecerdasan dan lain-lain. Sementara bagi mereka yang
terbelakang tetap semakin terbelakang. Penggunaan teknologi di bidang pertanian
misalnya akan menyebabkan keuntungan bagi petani yang memiliki modal saja,
sedangkan bagi yang tidak memiliki modal akan menghadapi masalah yang serius.
Lapangan kerja yang selama ini banyak menyerap tenaga kerja, sudah mulai
ditangani oleh teknologi hemat tenaga kerja, akibatnya terjadilah pengangguran.
Di
samping itu, di bidang teknologi komunikasi seperti komputer, faximile,
internet, dan sebagainya juga akan membuka peluang bagi remaja untuk lebih
meningkatkan aktivitas buruknya dalam bentuk yang lebih canggih. Tukar-menukar
informasi, penyaluran data film yang berbau pornografi dan sebagainya akan
semakin intensif pelaksanaannya.
Setelah
mengajukan sejumlah kekhawatiran dari dampak teknologi ini, maka kaum remaja
yang pesimistis ini mengajukan pertanyaan: Bolehkah ilmu pengetahuan dan
teknologi yang netraletika itu terus dikembangkan? Bukankah sebaiknya dibatasi
penggunaannya? Dan kapankah datangnya saat dimana manusia itu siap menerima
kehaditan iptek?
Sementara
pertanyaan tersebut belum terjawab, muncul pula persoalan baru. Saat ini para
ilmuwan sosial telah mencapai pula teknik-teknik pengendalian remaja melalui
teori-teori motivasi, proses persuasi dan ketaksadaran manusia. Pengetahuan
mereka telah dimanfaatkan oleh produsen untuk menyeret jutaan remaja kepada
pola konsumtif yang irasional.
Sementara
itu bagi kelompok yang mengambil sikap antara optimis dan pesimis mengatakan,
bahwa iptek itu positif atau membahayakan, inflasi dan pertumbuhan, tergantung
pada cara orang mengelolanya, tanpa harus ditangguhkan, dan demi kepentingan
kerja sama dan perdamaian.
Menurut Nata (2006: 289),
kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika
remaja di zaman modern ini, problem-problem remaja di zaman modern adalah sebagai
berikut:
a.
Kepribadian
yang Terpecah (Split personality)
Karena kehidupan remaja
di zaman modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering
nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak itu, maka remajanya menjadi pribadi
yang terpecah. Kehidupan Remaja modern diatur menurut ilmu yang eksak dan
kering. akibatnya kini telah dimulai proses hilangnya kekayaan rohaniah, karena
dibiarkannya ilmu-ilmu positif (ilmu yang hanya mengandalkan fakta-fakta
empirik, obyektif, rasional, dan terbatas) dan ilmu-ilmu sosial. Kita sama
sekali tidak meremehkan atau tidak menghargai jasa yang diberikan ilmu
pengetahuan eksak dan sosial, tetapi, yang kita inginankan agar ilmu-ilmu
tersebut diintergerasikan antara satu dan yang lainnya melalui tali pengikat,
yaitu ajaran agama dari Tuhan, sehingga seluruh ilmu itu diarahkan pada tujuan
memuliakan manusia, mengabdikan dirinya pada Tuhan, berakhlak mulia dan
seterusnya.
b.
Penyalahgunaan
Iptek
Sebagai
akibat dari terlepasnya ilmu pengetahuan dan teknologi dari ikatan spiritual,
maka iptek telah disalah gunakan oleh para remaja dengan segala implikasi
negatifnya sebagaimana disebutkan diatas. Para remaja menjadi lebih akrab
dengan film-film porno dikarenakan akses internet dipermudah oleh kemajuan
teknologi sehingga bisa diakses melalui ponsel yang di zaman modern ini hamper
semua remaja memilikinya.
c.
Pendangkalan
Iman
Akibat
lain dari pola pikiran keilmuan tersebut di atas, khususnya ilmu yang hanya
bersifat empirik menyebabkan remaja dangkal imannya. Ia tidak tersentuh
informasi yang diberikan wahyu, bahkan informasi yang diberikan wahyu itu
menjadi bahan tertawaan dan dianggap tidak ilmiah dan kampungan.
d.
Pola
Hubungan Materialistik
Semangat
persaudaraan dan rasa saling gotong royong yang didasarkan iman sudah tidak
nampak lagi, karena imannya sudah dangkal. Pola hubungan satu dan lainnya
ditentukan oleh seberapa jauh dapat memberikan keuntungan yang bersifat
material. Demikian juga penghormatan yang diberikan atas orang lain banyak
diukur oleh sejauh mana orang tersebut dapat memberikan manfaat secara
material. Akibatnya ia menempatkan pertimbangan material diatas pertimbangan
akal sehat, hati nurani, kemanusiaan dan imannya.
e.
Menghalalkan
Segala Cara
Sebagai
akibat lebih jauh dari dangkalnya iman dan pola hidup materialistik, maka para
remaja dengan mudah dapat menggunakan prinsip menghalalkan segala cara dalam
mencapai tujuan. Jika hal ini terjadi maka terjadilah kerusakan akhlak dalam
segala bidang, baik ekonomi, politik, sosial, dan lain sebagainya.
f.
Stres
dan Frustasi
Kehidupan
modern yang demikian kompetitif menyebabkan manusia harus mengerahkan seluruh
pikiran, tenaga dan kemampuan. Mereka terus bekerja dan bekerja tanpa mengenal
batas dan kepuasan. Hasil yang dicapai tak pernah disyukurinya dan selalu
merasa kurang. Apalagi jika usahanya gagal, maka dengan mudah ia kehilangan
pegangan, karena tidak lagi memiliki pegangan yang kokoh yang berasal dari
Tuhan. Para remaja hanya berpegang atau bertuhan pada hal-hal yang bersifat
material yang sama sekali tidak dapat membimbingnya. Akibatnya ia stres dan
frustasi yang jika hal ini terus berlanjut akan menjadikan ia gila atau hilang
ingatan.
g.
Kehilangan
Harga Diri dan Masa Depannya
Terdapat
sejumlah remaja yang terjerumus atau salah memilih jalan kehidupan. Masa remajanya
dihabiskan untuk memperturutkan hawa nafsu dan segala daya dan cara telah
ditempuhnya. Namun ada suatu saat dimana ia sudah tua renta, fisiknya sudah
tidak berdaya, tenaganya sudah tidak mendukung dan berbagai kegiatan sudah
tidak dapat ia lakukan. Remaja yang demikian ini merasa kehilangan harga diri
dan masa depannya, kemana ia harus berjalan, ia tidak tahu. Mereka perlu
bantuan dari kekuatan yang berada diluar dirinya, yaitu bantuan Tuhan.
Banyak
cara yang diajukan para ahli untuk mengatasi masalah tersebut, dan salah satu
cara yang hampir disepakati para ahli ialah dengan mengembangkan kehidupan yang
berakhlak dan berilmu yang baik. Dengan akhlak yang dibarengi ilmu, kita bisa
memilih dan memilah mana saja dampak dari kemajuan teknologi ini yang baik untuk
dipilih.
Dengan
kedekatan remaja dengan agama dan Tuhan, mereka akan sadar akan pentingnya
unsur tersebut bagi mereka kelak di Akhirat. Dengan kedekatan mereka dengan
ilmu, mereka akan sadar akan pentingnya ilmu untuk mendukung kehidupan mereka
di Dunia supaya hidup mereka lebih baik dan bisa mencapai apa yang
dicita-citakan oleh mereka.
DAFTAR
PUSTAKA
Daradjat, Zakiah.
1989. Pendekatan Psikologis dan Fungsi keluarga dalam Menanggulangi
Kenakalan Remaja. Semarang.
Deswita. 2006. Psikologi Perkembangan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hurlock, Elzabeth. B. 1999.
Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Noer,
Deliar. 1987. Pembangunan di Indonesia. Jakarta:
Mutiara.
Nata,
Abudin. 2006. Akhlak Tasawuf. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Rumini, Sri dan Sundari, Siti. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Santrock, John W. 2003. Adolescence. Perkembangan Remaja.
Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Sardar, Ziauddin dan van Loon, Borin.
2001. Cultural Studies For Beginners.
Bandung: Mizan Media Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar